Mengenai Saya

Foto saya
Garut, Jawa Barat, Indonesia
Charming student, lazy boy.

Jumat, 13 Januari 2012

Memahami Cinta Kasih Sebagai Hal yang Terutama





Dua bukan satu. Ia memang berbeda. Orang bahkan memyebutnya bilangan prima. Dalam sejarah penciptaan, Bertambah banyaknya manusia di dunia, yang oleh penciptaNya menyebutnya bertambah banyak, penuhilah muka bumi seperti bintang di langit dan pasir di pantai hanya karena dua, ya karena dua orang manusia. Bukan satu atau pun tiga dan bukan yang lainnya. Dua memang prima.
Menurut cerita klasik, sebenarnya manusia terdiri dari satu pasang pada satu tubuh yang sama. Di dalam satu tubuh yang sama, terdapat dua jenis kelamin yang berbeda. Pria dan wanita. Konon katanya, sang dewa sangat marah karena tidak bisa bersaing dengan manusia. Dewa menjadi iri dan muncullah murka. Dewa yang berada di kahyangan terun ke bumi untuk membedah manusia menjadi bagiannya masing-masing. Pria sendiri dan wanita menjadi sendiri.
Dalam perjalanan hidupnya manusia, yang telah dipaksa pisah sendiri-sendiri oleh dewa berusaha untuk menyatukan kembali. Hanya satu bentuk tidak nyata di dunia ini yang bisa menyatukan manusia.
Bentuk yang bisa menyatukan manusia itu, bagaikan hukum kekekalan energi. Tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, bahkan kecanggihan teknologi di era digital sekarang tidak dapat merumuskan dan menjadikannya penemuan paling mutakhir sepanjang sejarah peradaban manusia. Dia hanya bisa dijelaskan melalui perasaan. Munculnya unsur tersebut semacam “shock effect” pada ajaran Almasih. Mengejutkan dan tanpa disangkah-sangka.
Secara normal manusia yang terdiri dari dua sisi yang berbeda. Secara fisika dalam bahasan mengenai magnetik, terdiri dari dua kutub yakni positif dan negatif. Pada ilmu kimia dalam topik mengenai atom menjelaskan tentang proton dan neutron, tetapi secara insani bahasa indonesia menjelaskannya sebagai kodrati yang terdiri atas pria dan wanita, laki-laki dan perempuan.
Mungkin dari semua yang membacanya ada yang sudah paham dengan maksud ini. Mungkin juga sebagian yang belum paham dengan maksudku ini. Tak apalah karena kita diciptakan berbeda dan kita harus mensyukuri itu sebab perbedaan kita telah membuat dunia menjadi berbeda dengan cara pandang kita masing-masing dari sisi berbeda. Meminjam kata-kata yang kurang aku ketahui sumbernya (karena saya membaca dari binder teman saya dan dia tidak pernah menulis tentang sumbernya) “Aku hanyalah setitik embun di lautan luas, tapi tanpa setitik embun itu lautan takan pernah penuh.” Matematika mejelaskan bahwa garis berasal dari pertemuan titik-titik. Memang semua berawal dari satu. Entah apa saja. Bahkan manusia berawal dari dua sebagai prima yang dipersatukan.
Semua yang berada di dunia ini bersumber dari yang satu dan sama, serta bermuara pada yang satu dan sama itu. Manusia hadir di dunia karena adanya sumber dan muara yang sama itu, yakni; CINTA. Segala ajaran tentang perikemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (HAM) terinspirasi dari pergolakan manusia akan rasa dalam dadanya. Perasaan saling mengasihi atau cinta kasih. Yang secara alkitabiah dalam perjanjian baru dijelaskan untuk mengasihi sesama kita skalipu ia musuh kita.(Mat; 5 : 43-44)
Kita sering mendenga kalimat “The first love is very beautiful” atau dapat di indonesiakan menjadi “cinta pertama sangat indah.” Oleh karena keindahannya itu, cinta menjadi buah bibir. Kita berteriak-teriak menuntut kasih sayang, menyanjung-nyanjung kasih sayang bahkan menangisi kasih sayang. Lebih kompleks lagi kita sering meng-keramatkan salah satu tanggal setiap tahunnya sebagai hari kasih sayang, ironis memang. Orang berburu berbagai pernak-pernik merah muda. Coklat yang ada di minimarket terdekatpun harus kehabisan stok. Sadarkah kita bahwa ketika kita berteriak menuntut, menangis akan cinta. Adakah kita telah melakukan hal cinta kasih kepada orang lain. Adakah seribu rupiah dari lima puluh ribu rupiah untuk harga sebatang coklat ataupun sebuah boneka beruang pink itu telah membuat orang yang susah merasa ada cinta kasih dari kita. Kita cenderung mencintai untuk balasan yang setimpal dengan cinta(cinta eros). Egoisme telah merasuk nubari kita yang katanya tempat bersemedinya cinta itu.
Dalam sejarahnya, umat manusia selalu melakukan pengejaran akan cinta kasih dengan pola-pola keberhasilan dan kegagalan yang tak terhitung banyaknya. Sebab dasar manusia adalah Cinta kasih. Inilah kenyataan. Terjadinya manusia karena cinta dan untuk cinta. Manusia dapat berlangsung hidup hanya karena cinta kasih. Pada kenyataanya banyak salah tafsir tentang cinta kasih. Dengan mencoba menghapus salah tafsir itu dan menunjukan arti sebenarnya tentang cinta kasih dan menolong orang supaya berjalan pada jalan kebenaran yakni cinta kasih.
Dewasa ini manusia tidak mengerti bagaimana mempraktekkan cintah kasih. Mereka melakukan cinta kasih tetapi sebenarnya hanya sekedar cinta pada diri sendiri. Banyak orang berhenti di tengah jalan menuju cinta kasih karena tergoda oleh hayalan yang menyesatkan arti cinta kasih, seperti beberapa hal berikut ini :
Bilamana kita terharu dan menitikan air mata meihat kesedihan besar, sebenarnya itu bukan cinta kasih. Itu hanya karena kita manusia perasa.
Bilamana kita kagum akan seorang yang tenang dan perkasa atau melihat seseorang yang menggiurkan, bilamana kita lupa daratan karena godaannya, nah, itu bukan cinta kasih. Justru itu menandakan bahwa kita kalah.
Bilamana kita bingung melihat orang yang cantik atau ganteng dan menganggap kecantikan atau kegantengan itu sebagai hiburan. Kita dekat dengan setan, sahabatnya dosa yang bermukim di neraka.
Cinta kasih adalah pelajaran yang pertama dan utama yang akan mengajarkan kita kebajikan menuju jalan keselamatan. Karena tanpa cinta kasih tidak ada yang menjamin kemerdekaan dan kebebasan kita sebagai makhluk hidup yang paling mulia. Sudahkah kita berbuat cinta kasih bagi orang di sekeliling kita??? Atau kita mencibir melihat sesama yang menderita?? Mungkin tertawa dengan kemalangan seseorang?? Sekali lagi hal mendasar adanya jagat raya beserta isinya adalah cinta kasih, oleh karena itu berlakulah cinta kasih untuk setiap orang agar hidup kita bertaburan aroma cinta yang mewangi. Tebarkan virus cinta kasih ke sekeliling kita dimana pun kita berada. Untuk meneutupi refleksi ini, saya meminjam sebuah adegium Latin “Ama Et Fac Quod Vis

Antara Pencuri Sandal Jepit Dengan Pencuri Uang Negara

Posting kali ini berjudul "Antara Pencuri Sandal Jepit Dengan Pencuri Uang Negara" Sepertinya judul tulisan ini sedikit bernuansa politik, tetapi saya tidak bermaksud untuk mencampuri urusan politik. Saya mengangkat topik ini terinsperasi oleh isu yang tengah berkembang dan banyak mendapat perhatian masyarakat luas termasuk media massa. Dimana AAL, seorang siswa kelas 1 SMK di Palu, Sulawesi Tengah diajukan ke pengadilan atas kasus dugaan pencurian sandal jepit milik seorang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah.
Kasus yang menimpa anak di bawah umur (15 tahun) ini mendapat perhatian serius dari Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi. Menurut Seto Mulyadi, semua pihak yang terkait kasus ini baik kepolisian maupun kejaksaan bersalah. Sanksi bagi kenakalan anak-anak seharusnya dikembalikan kepada orang tua anak bersangkutan, bukan di jerat dengan hukuman penjara. Selain itu Front Penyelamat Kedaulatan Rakyat mengumpulkan 1.000 sandal jepit sebagai bentuk solidaritas buat AAL. Setelah terkumpul 1.000 sandal jepit, kemudian dititipkan ke mabes polri untuk diserahkan kepada Briptu Ahmad Rusdi si pemilik sandal jepit yang hilang di curi. Sepertinya rakyat marah karena tindakan dari pihak yang seharusnya melindungi anak, ternyata menyeretnya ke penjara.

Secara sederhana, mencuri dapat diartikan “mengambil sesuatu yang bukan miliknya”. Tindakan mencuri merupakan suatu tindakan yang dilarang oleh peraturan apapun di dunia ini. Menurut hukum agama, mencuri adalah tindakan dosa. Menurut hukum negara, mencuri adalah tindakan melawan hukum. Begitu juga menurut norma adat yang berlaku diseluruh daerah di Indonesia bahwa mencuri adalah perbuatan yang melanggar adat. Memang wajar seseorang yang melanggar hukum agama, hukum negara, dan norma-norma adat diberi hukuman. Namun perlu diperhatikan siapa dan apa tujuan seseorang melakukan pencurian.

Kembali ke judul posting "Antara Pencuri Sandal Jepit Dengan Pencuri Uang Negara" Kedua tindakan tersebut adalah melawan hukum karena sama-sama mencuri. Namun perlu dibedakan tindakan yang dilakukan seorang anak yang mencuri sandal jepit dengan tindakan seorang pejabat yang mencuri uang negara (korupsi). Seorang anak nekat mencuri mungkin karena kemiskinan sehingga tidak mampu membelinya. Sedangkan seorang pejabat mencuri uang negara (korupsi) bukan karena kemiskinan, tapi demi memperkaya diri atau kelompoknya. Inilah yang membuat sebagian besar rakyat marah karena banyak para pelaku korupsi (koruptor) di negara ini yang belum disentuh hukum, sementara anak kurang mampu yang mencuri sandal jepit saja dijerat hukum.

Siapa yang tidak pernah dalam hidupnya melakukan kesalahan seperti mencuri?. Sebagian besar orang tentu pernah melakukan kesalahan, baik kesalahan ringan maupun berat. Apalagi seorang anak dalam masa pertumbuhan sering melakukan kesalahan karena dalam masa tersebut anak sedang mencari jati dirinya. Perlu peran orang tua mengawasi dan mengarahkan anaknya supaya tidak terjerumus dalam tindakan salah. Orang tua harus mencari tahu apa sebenarnya yang diinginkan anaknya. Apabila seorang anak melakukan kesalahan seperti mencuri, maka orang tua harus menasehatinya. Siapa sebenarnya yang saya maksud ORANG TUA di sini? Mereka adalah ayah dan ibu sebagai keluarga dekatnya, orang sekitar lingkungan anak, dan penegak hukum sebagai aparatur negara. Bukankan semua warga negara dilindungi oleh hukum dan undang-undang? Dengan arti kata semua warga negara berkewajiban untuk melindungi anak.

Menanggapi kasus anak seperti yang menimpa AAL, saya tidak setuju bila dijatuhi hukuman penjara, karena perkembangannya akan terganggu. Lagi pula sebenarnya tujuan seseorang dipenjara adalah untuk memberikan efek jera. Efek jera sangat tepat diberikan kepada seorang koruptor, karena koruptor adalah orang dewasa yang telah bisa membedakan antara yang benar dengan yang salah. Jadi aparatur pemerintah terutama aparat penegak hukum harus membedakan kesalahan seorang pencuri sandal jepit dengan seorang koruptor yang mencuri uang negara untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

RUQYAH SYIRKIYYAH; Awas, Hati-hati & Waspadai Pengobatan Syirik, Menyesatkan cara setan laknatullah !!!

PENGERTIAN RUQYAH SYIRKIYYAH

Ruqyah Syirkiyyah ialah bacaan mantra-mantra, pengagungan dan penyebutan setan, orang-orang shalih, penghormatan pada bintang-bintang, malaikat atau pun prilaku-prilaku pada saat ruqyah yang mengandung dosa syirik, bid’ah, atau khurafat. Ruqyah semacam ini dilarang dalam syari’ah.
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya mantra-mantra, jimat, dan guna-guna adalah syirik.” (HR.Abu Dawud dan Ahmad).
PENYIMPANGAN DALAM PRAKTEK RUQYAH SYIRIK DEWASA INI
Adapun bentuk-bentuk penyimpangan dalam praktek ruqyah dewasa ini yang harus kita waspadai agar tidak tertipu dan malah ikut-ikutan tersesat adalah sebagai berikut :
1. Peruqyah memegang tubuh seorang yang bukan muhrimnya secara langsung hingga saling bersentuhan kulit tanpa ada perantara sedikitpun (tanpa memakai media kayu, atau sarung tangan yang tebal pada saat darurat yang menyebabkan peruqyah terpaksa menyentuh atau tersentuh tubuh pasien yang bukan muhrimnya secara langsung)
2. Peruqyah hanya menatap mata pasien, tanpa membaca bacaan ruqyah.
3. Peruqyah hanya memijit-mijit badan pasien tanpa mengucapkan bacaan ruqyah.
4. Peruqyah hanya mencaci jin, dan enggan untuk membaca do’a- do’a Isti’adzah.
5. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi dicampur dengan bacaan yang tidak jelas maknanya.
6. Peruqyah melafazhkan bacaan ruqyah tapi dicampur dengan mantra syirik.
7. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi juga menggunakan jimat sebagai alat pengobatan.
8. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi dibolak-balik kalimatnya atau hanya komat-kamit.
9. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi juga menggunakan media lain untuk memindahkan penyakit atau meminta syarat tertentu yang tidak sesuai syari’at.
10. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi juga melakukan penerawangan dan menebak-nebak perkara yang sifatnya ghaib atau langsung memvonis ada atau tidak adanya jin pada pasien.
11. Peruqyah membaca ruqyah tapi mengaku bisa mengobati pasien dari jarak jauh.
12. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi mengaku bisa melihat jin dan menangkapnya.
13. Peruqyah membaca bacaan ruqyah seraya melakukan jurus-jurus pernapasan tenaga dalam tertentu.
14. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi menggunakan mediator orang lain agar kesurupan kemudian melakukan proses pengobatan.
CIRI-CIRI PERDUKUNAN DALAM RUQYAH SYIRIK

Perdukunan telah merasuk dalam masyarakat Islam, sehingga batas antara kebenaran dan kebathilan menjadi samar. Karena banyak ilmu-ilmu perdukunan (kahanah) dikemas dengan kemasan agamis dan modernis, sehingga masyarakat Islam banyak yang tertipu oleh para dukun dan paranormal.
Sebagai contoh, banyak pasien yang menyampaikan keluhan-keluhan mereka pada tim ruqyah, setelah sekian lama menderita sakit terkena sihir dan telah berobat ke banyak orang, ada yang disebut sebagai orang pintar, paranormal, orang tua, kyai, grand master energi, ahli spiritualis. Baik yang menggunakan cara tradisonal seperti bunga kembang setaman, menyan, atau pun yang menggunakan sarana modern seperti transfer energi, kartu yang diisi energi ghoib, bahkan cara-cara yang terkesan agamis seperti membaca lafaz-lafaz berbahasa arab sesungguhnya bukanlah ikhtiyar yang dianjurkan syari’at. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian menayakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.”
Ada sebuah fenomena dimana pada era kemajuan tekhnologi saat ini para dukun merubah jubah tradisionalnya menjadi jubah modern. Mereka kini menggunakan istilah-istilah modern dalam prilaku sesatnya. Seperti pada saat mereka meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa lalu atau masa depan dengan mengistilahkannya sebagai ilmu clairvoyance.
Padahal sesungguhnya tetaplah ia masuk dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tukang ramal atau dukun walau ia menggunakan istilah-istilah modern sekali pun. Dan orang yang percaya apa yang dikatakan dukun “modern”ini (walau ia mengatakan dari hasil meditasi pembukaan chakra ajna, dari ilmu metafisik dan cara-cara bid’ah lainnya) tetaplah ia ingkar terhadap apa yang diturankan kepada Rasulullah, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka sungguh telah ingkar terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. Dan jika mereka dengan angkuhnya mengatakan kami bisa mengatahu hal-hal yang ghoib karena dari hasil latihan tenaga dalam atau berlatih ilmu metafisik, tetaplah mereka tertipu oleh syaithan dan seolah-olah mereka lebih baik dari Rasulullah. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak tahu hal-hal yang ghoib melainkan apa yang telah diwahyukan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah berfirman tentang hal ini di dalam surat Al-A’raf ayat 188:
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَآءَ اللهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ َلاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah:’Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui hal-hal yang ghoib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’”
Harus kita ketahui bersama bahwa hakikat keghoiban hanya milik Allah semata dan hanya diberitakan sesuatau yang ghoib itu kepada Rasul yang diridoi-Nya. Di dalam Al-Qur’an Allah menyatakan dalam firmannya:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا(26)إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا(27)
”(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghoib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghoib itu itu kecuali kepada Rasul yang diridoi-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjagaan (malaikat) di hadapan dan dibelakangnya.”(Al-jin ayat 26-27)
Adapun ciri-ciri perdukunan (Kahanah) dan peramalan (‘Iraafah) yang banyak dilakukan oleh orang-orang yang melakukan terapi ruqyah syirik dan mengaku punya ilmu ghoib atau ilmu metafisika adalah sebagai berikut :

1. Mensakralkan mantra-mantra selain kalimat-kalimat Allah dengan bahasa Arab atau yang lainnya dengan syarat-syarat tertentu sebagai taqarrub kepada thaghut yang disembah dan dimintai pertolongan. Misalnya : sesaji, penyembelihan binatang, puasa mutih, puasa ngebleng, puasa pati geni dan sebagainya.
2. Menghinakan Al Qur’an atau kalimah thayyibah dengan membacanya dari belakang, menguranginya, menambahnya, mengubahnya atau membacanya di tempat najis dengan telanjang.
3. Ada lafal-lafal yang tidak jelas maknanya, atau tidak hubungannya satu sama lainnya.
4. Ada nama-nama thaghut yang diagungkan, atau nama-nama syaithan yang dijadikan wasilah kepada Allah.
5. Dengan membayangkan simbol-simbol tertentu atau dibarengi dengan gerakan tertentu.
6. Dengan membayangkan seolah-olah melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Misalnya : membaca satu ayat dari surat Yusuf dengan hitungan tertentu untuk melakukan sihir mahabbah kepada seorang gadis cantik, agar bisa jadi pacarnya. Maka ia saat membaca Lii saajidiin, ia membayangkan gadis itu tunduk kepadanya.
7. Ada permohonan kepada selain Allah untuk menyelesaikan hajatnya, atau untuk membentengi dirinya, atau untuk menolak serangan sihir.
8. Mengirimkan Al Fatihah kepada orang mati dengan keyakinan arwahnya akan datang kepadanya, kemudian arwah itu dimintai tolong untuk membantu urusannya.
9. Ada juga dengan cara menulis mantra-mantra di kertas kemudian itu dibakar, abunya dimasukkan ke dalam segelas air untuk diminum.
10. Ada juga dengan menulis mantra-mantra syirik kemudian dijadikan azimat yang diyakini untuk penangkal bala’ atau untuk mendatangkan manfaat.
11. Bertanya namanya, nama ayahnya dan nama ibunya untuk dimanterai.
12. Meminta salah satu benda penderita (foto, kain, saputangan, peci, baju, dan sebagainya) sebagai syarat ritual atau deteksi.
13. Terkadang minta binatang dengan sifat tertentu (ayam cemani, burung pelatuk bawang dan lain sebagainya), atau media lain seperti bunga kantil, minyak ponibalsawa atau zakfaron, daun sirih ketemu ruas, buah apel jin, tanah dari rumah penderita, tanah kuburan, air sumur kramat, slametan dan sebagainya.
14. Menulis jimat-jimat tertentu (rajah), menggambar segi empat yang didalamnya ditulisi huruf dan angka, dan sebagainya.
15. Membaca mantera-mantera yang tidak difahami, potongan ayat Al-Qur’an yang dipisah-pisah dan sebagainya.
16. Kadang-kadang menyuruh penderita menyepi tidak terkena sinar matahari.
17. Kadang-kadang tidak boleh menyentuh air pada masa-masa tertentu, atau mandi tengah malam.
18. Memberi benda-benda yang harus ditanam di tanah, ditempel di atas pintu, sikep, susuk, keris, akik, cincin besi,’air sakti’, telur, ‘sabuk perlindungan’, benang untuk ditalikan di tubuh dan sebagainya atau memberikan batu kristal yang dikatakan sebagai media penarikan dan penyaluran energi.
19. Menyuruh penderita beribadah dan berwirid bid’ah (contoh: puasa mutih, bertapa atau meditasi, konsentrasi pada foto seseorang, istighosah , tahlilan, wirid sampai ribuan kali, ziarah kubur wali dengan meminta syafaat didalamnya dan lain sebagainya).
20. Terkadang sudah tahu duluan masalahnya, nama dan tempat asalnya. Dia juga bisa melihat ada jin di dalam diri seseorang.
21. Terkadang punya kamar khusus di rumahnya yang tidak boleh dimasuki orang lain.
22. Ada pantangan terhadap dirinya dan penderita terhadap hari atau tanggal tertentu (tahayyur).
23. Menulis ayat Al-Qur’an dengan sungsang, dari kiri atau dengan darah (haid) atau sesuatu yang najis.
24. Kebanyakan suram wajahnya, kebanyakan merokok, membakar kemenyan, sulit untuk tawadhu.
25. Suka mendeteksi penyakit dengan mengistilahkan dengan kepekaan tangan, memakai pendulum, transfer energi dan lain sebagainya.
26. Menggunakan ritual sihirnya dengan istilah “pembukaan”, shaktivat, inisiasi, attunement, pengisian, pembersihan dan pembukaan aura, pembuangan energi negatif, pembersihan karma negatif dan lain sebagainya.
27. Melakukan ritual atau prilaku aneh dalam pelaksanaan hajadnya seperti menggerakkan tangan seolah-olah menulis, menangkap atau menolak sesuatu, menyedot atau mengeluarkan napas dengan keras dengan mengejangkan salah satu anggota tubuhnya (biasa dilakukan oleh mereka yang belajar senam pernapasan tenaga dalam).
28. Memegang bagian-bagian tubuh pasien yang bukan muhrimnya secara langsung (bersentuhan kulit) dalam prosesi pengobatan.
29. Memberikan wejangan-wejangan yang bertentangan dengan ajaran Islam

Bukti Teknologi Tinggi Peradaban Sulaiman

Ada satu pertanyaan yang mungkin beredar di sekitar kita : Bagaimanakah peradaban masa lalu ? Apakah peradaban di masa lalu terlalu primitif dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan peradaban sekarang yang begitu maju teknologinya ?
Atau ... jangan-jangan peradaban dulu jauh lebih maju? kemudian mundur dan kemudian umat manusia secara perlahan-lahan membangun kembali peradaban yang hancur tersebut !

Kali ini wbw mencoba memaparkan beberapa fakta menarik tentang peradaban jaman dahulu, tepatnya jaman Sulaiman.

1. Peninggalan Sejarah

Saya tidak akan membahas ini secara dalam. Seperti kita tahu, begitu banyak peninggalan sejarah yang begitu banyak meninggalkan misteri karena begitu menakjubkannya.
Sebagai contoh : Piramida di Mesir, Candi Boroboudur, Bangunan Suku Maya di Amerika Selatan, Kota Atlantik, Mesjid Sulaiman di Palestina dll. Semua peninggalan tersebut merupakan saksi bahwa perdaban di zaman dulu begitu majunya sehingga menghasilkan bangunan yang demikian hebat.
Tidak hanya itu saja, dalam bukunya “A New Kind of Science”, Stephen Wolvram menunjukkan bahwa setiap hiasan yang terdapat pada bangunan-bangunan tersebut memiliki pola-pola tertentu yang ternyata merupakan konsep yang sangat fundamental dalam sains, yaitu cellular automata.


2. Isyarat dari Kitab Suci Al-Qur’an

Menarik sekali kalau kita memikirkan cerita tentang Nabi Sulaiman di dalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa teknologi luar biasa yang sudah pernah dicapai dalam masa Nabi Sulaiman :

a. Teknologi Teleportasi (pemindahan barang jarak jauh)

Pada ayat 38 s/d 40 di surat Al-Naml, disebutkan :


38. “Berkata Sulaiman : “Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya (ratu bilqis) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang yang berserah diri.”

39. “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin :” Aku akan datang kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu ; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”

40. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari buku-buku : “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut itu terletak di hadapannya, iapun berkata :” Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmatNya. Dan barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan baransiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Mulia.”



Mari kita analisa ketiga ayat tersebut. Pada ayat ke 38 Nabi Sulaiman membuat pengumuman kepada para pejabat-pejabat ketika itu, apakah ada diantara para pejabatnya yang dapat memindahkan Singgasana Ratu Bilqis yang akan datang ke tempat Nabi Sulaiman sebelum ratu tersebut datang ke tempat Nabi Sulaiman.

Kemudian yang pertama menanggapi tender tersebut adalah seorang/seekor jin yang paling jenius diantara para jin ketika itu dan beliau berjanji dapat memindahkan singgasana tersebut dalam durasi waktu antara Nabi Sulaiman duduk dan sesaat ketika beliau bangun dari tempat duduknya.

Pada ayat ke 40, terdapat seorang yang berilmu yang hidup diantara buku-buku, yang berkata beliau dapat memindahakan singgasana tersebut dengan durasi waktu hanya antara kedipan mata.

Dan yang perlu dicatat, bahwa yang dipindahkan adalah benar-benar barang, bukannya bayangan/audio visual seperti telepon atau gambar televisi pada masa sekarang. Bayangkan kehebatannya...

Bagaimana dengan keadaan kita sekarang ? Kemajuan teknologi yang kita hadapi sekarang, manusia baru mampu menghadirkan sebatas bayangan/sinyal/gelombang audio visual yang merupakan terjemahan dari informasi. Jika ada siaran langsung olah raga diluar negeri, kita baru dapat menyaksikannya secara langsung dari TV, Internet & radio, belum lebih dari itu.


b. Kemampuan Terbang dan Piring Terbang

Salah satu keistimewaan Nabi Sulaiman AS adalah bisa menguasai angin untuk perjalanan alias terbang.

Seperti petunjuk dalam Al Qur’an:

"Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)". (Surat As Saba’ : 34)

Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya. QS Shaad (38:36).


Tentu kita akan bertanya, dengan apa Nabi Sulaiman terbang?
Berdasar hasil logis perhitungan tersebut dapat diduga bahwa ada suatu wahana yang diciptakan oleh anak buah Nabi Sulaiman yang terdiri dari jin dan syetan. Wahana tersebut bisa saja berupa pesawat terbang canggih karena pada jaman itu teknologi sudah sangat maju.

Disebutkan dalam Al Qur’an Al Anbiyaa’ (21: 81-82):

81. Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.

82. Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu.

Kemudian pada ayat lain dijelaskan:

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku/sumbu). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
QS Saba’ (34:13)



Kata "piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku/sumbu)", ini bisa diartikan luas, bisa berarti pada masa itu telah diciptakan kendaraan berbentuk piring dengan sumbu atau api dibawahnya (sebagai penggeraknya).


3 . Semaju apakah jaman Nabi Sulaiman itu?

Menurut referensi yang WBW ketahui, kebesaran dan kemajuan jaman Nabi Sulaiman tidak akan dapat disamai oleh generasi berikutnya. Hal itu tercantum dalam doa Nabi Sulaiman seperti yang tercantum pada Al Qur’an Surat Shaad (38:35):

Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.

“Piramida” Bukti Peradaban Maju Nusantara?

Arysio Santos bahkan menunjuk Indonesia sebagai lokasi Kota Atlantis yang hilang.


Gunung Sadahurip Garut (Credit: Turangga Seta) (Turangga Seta)
BERITA TERKAIT

Penemuan gunung piramida di sejumlah daerah, termasuk di Garut, Jawa Barat, kini menjadi kontroversi. Tim Bencana Katastropik Purba meyakini di balik timbunan tanah itu terdapat piramida buatan manusia, yang bahkan berusia lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Di sisi lain, sejumlah ahli mengatakan tak ada sejarah piramida di Indonesia.
Dimintai tanggapan soal kontroversi piramida, pakar kebudayaan Universitas Indonesia Dr. Lily Tjahjandari mengatakan berdasarkan tinjauan akademis, keberadaan piramida di Nusantara dimungkinkan.

“Sangatlah mungkin, bahkan Borobudur dulu pun tertimbun,” kata dia saat dihubungi VIVAnews.com. Letak Indonesia yang berada dalam cincin api menjadi faktor mengapa bukti-bukti keberadaan peradaban itu menghilang.

Lily menambahkan, hipotesis keberadaan piramida harus dilihat dari berbagai sisi. Diperlukan sinergi ilmuwan dan peran badan terkait, terutama arkeologi untuk menguak misteri itu. “Memang perlu kecurigaan menyikapi temuan ini, dalam arti harus dibuktikan kebenarannya.”

Sebelumnya, tim bencana katastropik memprediksi “Piramida Garut” berusia 10.000 tahun sebelum Masehi, itu artinya lebih tua dari Piramida di Mesir. Jika terbukti ada piramida di perut Gunung Sadahurip atau Gunung Putri–ini adalah bukti Nusantara memiliki peradaban maju di masa lalu.

Soal keberadaan peradaban maju di Indonesia, Lily juga menyebut, mungkin.  Hal tersebut didukung sejumlah hipotesa yang dikeluarkan para ilmuwan.  “Ada satu disertasi dari Gorys Keraf yang menyebut, bahasa Asia pasifik , termasuk Asia Tenggara, adalah bahasa tua dunia,” kata Lily. Dia menambahkan, kebudayaan tidak hanya ditandai oleh keberadaan situs, tapi juga bahasa. 

Hipotesa lain, Lily menambahkan,  juga diketengahkan oleh Stephen Oppenheimer, ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris. Ia mengungkapkan bahwa peradaban yang ada sesungguhnya berasal dari Timur, khususnya Asia Tenggara.
“Apa yang diungkap Oppenheimer berbasis temuan dan wacana yang mengarahkan ke sana (peradaban maju termasuk di Indonesia),” kata dia.  “Juga ada hipotesa dari Santos (Arysio Santos).”

Seperti diketahui, dalam buku “Atlantis the Lost Continents Finally Found”, Santos menunjuk Indonesia sebagai lokasi Atlantis yang hilang--kota kuno berperadaban maju--berdasarkan definisi yang disebut Plato dalam 'Lost Civilization'.
Lily berpendapat kontroversi boleh-boleh saja terkait klaim penemuan piramida. Namun, aksi nyata harus dilakukan untuk membuktikannya. “Temuan ini harus diungkap tahap demi tahap oleh ilmuwan, juga bersinergi dengan media. Pertimbangkan dampaknya yang akan sangat baik–bagi indentitas bangsa, juga dari sisi pariwisata dan perkembangan perekonomian daerah. Lihat sisi positifnya.”

Terkait dengan kajian budaya Indoensia, Lily mengatakan, Universitas Indonesia akan menyelenggarakan seminar, salah satu tamunya adalah Oppenheimer.  Acara digelar pada 9 Februari 2012 di Bali.

Kajian tersebut penting berkaitan dengan masa lalu – identitas kita sebagai bangsa , juga mempengaruhi cara pandang kita ke depan. “Dalam frame besar wilayah kajian Indonesia, perspektif kebudayaan. Sub temanya sangat luas, termasuk budaya ekonomi, budaya politik, dan birokrasi. “Kami berusaha mengembalikan kajian tentang Indonesia ke tanah air, selama ini kajian tentang Indonesia yang besar  justru di Australia atau Amerika Serikat,” kata Lily.

Ditaksir ilmuwan asing
Tak hanya menjadi  perhatian di kalangan nasional, wacana penemuan piramida juga menarik sejumlah ilmuawan asing. “Oppenheimer yang menulis buku peradaban nusantara, melalui pendekatan DNA, juga asisten Santos (Arysio  Santos) sudah menghubungi tim,” kata anggota tim Anggota Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Iwan Sumule, Selasa 13 Desember 2011 malam.

Pertemuan rencananya akan dilakukan Oppenheimer-tim katastropik saat ilmuwan itu menghadiri acara UI di Bali.

Soal kontroversi piramida, Iwan menambahkan, itu bukan fokus pihaknya. “Orang mau bicara apapun, silakan, kami nggak mau berpolemik. Apa yang kami sampaikan telah memenuhi standar internasional,” kata dia.

Anak-anak Kita dan Genggaman Teknologi

Seorang teman menceritakan anaknya yang sekarang duduk di kelas 4 SD menuntut untuk dibelikan handphone (HP) karena mendapatkan nilai tertinggi dalam ulangan matematika di kelasnya. Celakanya teman ini telah menjanjikan anaknya ini, “ jangan lupa ma, yang pakai kamera ya.., seperti punya temen-temen lain di sekolah” itu kata-kata tambahan yang katanya muncul dari bibir si anak. Gambaran ini mungkin menunjukkan bagaimana orang tua memberikan perhatian dan penghargaan terhadap keberhasilan anaknya, akan tetapi kalau direnungkan secara seksama hal ini justru menimbulkan kecemasan. Pertanyaan yang kemudian muncul, apakah pemberian HP kepada anak-anak kita yang usianya tergolong belum memahami sesuatu dengan benar akankah mendidik? Apakah hal ini akan merangsang pembentukan karakter mereka menjadi lebih baik? Atau hal ini justru menjerumuskan anak-anak kita dalam ketergantungan teknologi?

Realitas menunjukkan bahwa di Indonesia penggunaan teknologi seluler dalam kehiduan sehari-hari menunjukkan peningkatan yang pesat (O’Brien, 2006). Hampir sebagian masyarakat telah menggunakan telepon seluler (HP) ini dalam proses interaksi sosialnya. Penggunaan teknologi telah melintasi ruang kelas sosial masyarakat (kaya, menengah dan miskin), ruang pekerjaan (dari tukang sapu sampai eksekutif) dan juga menjembatani antar generasi (tua, muda dan anak-anak). Di Indonesia anak-anak umur kelas 1 SD saat ini banyak dijumpai telah memiliki HP. Bandingkan dengan keadaan di Jepang yang penggunaanya baru ditemukan pada kelas 6 SD-SMP (30% untuk anak SD dan 6-60% untuk SMP) dan negara-negara maju lainnya di atas usia SMP (Kompas, 28/05/08).
Inovasi Teknologi
Di antara kita “teknologi” bukanlah suatu hal yang baru, teknologi merupakan salah satu bagian yang mendukung peradaban kebudayaan manusia. Revolusi industri telah menjembatani teknologi modern bisa berkembang seperti sekarang ini. Inovasi teknologi yang digulirkan oleh pihak-pihak kapitalis dengan proyek modernisasinya ikut mempercepat teknologi ini meluas sampai ke penjuru dunia. Perkembangan teknologi di sisi lain ternyata memberikan dampak yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan manusia. Sebenarnya, futurolog Alvin Toffler (1971) telah jauh hari meramalkan kejadian ini yang dilihatnya mendatangkan stres, kecemasan dan disorientasi individu dalam masyarakatnya. Perkembangan teknologi kenyataannya sekarang ini telah menimbulkan masalah-masalah sosial baru dalam masyarakat.
Handphone bukan merupakan hal baru saat ini, awal perkembangannya teknologi ini didesain untuk kemudahan, kecepatan dan ketepatan dalam berkomunikasi (menghapuskan biaya dari sudut waktu dan ruang), ditemukannya teknologi telepon telah merangsang daya pikir manusia untuk menciptakan suatu realitas dalam “genggaman” manusia. Dengan kata lain dengan bantuan teknologi manusia berusaha untuk mengontrol kehidupannya semakin mudah. Akan tetapi seiring perkembangan masyarakat HP ini pun mengalami perkembangan yang mencengangkan. Fungsi yang awalnya hanya untuk berkomunikasi (berbicara) kemudian bertambah dengan SMS (pengiriman pesan pendek), MMS (multimedia), game, radio, televisi, penyetel musik, kamera dan perekam sampai internet. Penambahan fitur-fitur ini memanjakan manusia untuk “bermain-main” dengannya.
Beberapa media televisi memperlihatkan bagaimana pengeledahan-pengeledahan yang dilakukan pada siswa sekolah ternyata beberapa siswa terdapat menyimpan gambar dan video porno di dalamnya. Celakanya lagi, gambar atau video ini adalah adegan dari teman-teman mereka sendiri. Sebutlah kasus di Lamongan, Banyuwangi, Mojekerto, Madiun (jawa Timur), Tegal (Jawa Tengah) dan Bali memperlihatkan bagaimana penggunaan teknologi telah disalahgunakan. Pada usia yang masih anak-anak dan remaja resiko seperti sangat serius dampaknya secara psikologis. Belum lagi kejahatan internet yang marak terjadi kita kuatirkan akan berdampak pada masa depan mereka. Habermas (1990) hubungan manusia dan teknologi berada dalam wacana yang diskurus, pemciptaan dan perkembangan teknologi telah menjadi ‘tujuan’ tindakan manusia, teknologi bukan lagi dimaknai sebagai ‘sarana’ untuk mencapai tujuan hidup. Kita seakan-akan asyik dengan teknologi itu dan mulai meningglkan identitas kita sebagai manusia secara sosial.
Technological Somnambulism
Pertanyaannya dapatkah penggunaan HP bagi anak-anak ini akan memberikan arah yang positif bagi pertumbuhan karakter anak-anak kita? Pertanyaan moral ini tidak akan mungkin dijawab jika kita semata-mata mengukur hal ini dari hitungan ekonomis, yaitu memusatkan perhatian pada keuntungan teknologi dalam berkomunikasi, tetapi juga penting diperhatikan bahaya dan degradasi sosial kultural yang menyertai teknologi itu sendiri. Seharusnya penggunaan teknologi di tingkatan anak-anak harus ditinjau ulang, mulai dari sistem nilai dalam masyarakat sampai pada aspek regulasi yang ketat. Jepang sebagai negara teknologi telah memberikan sinyal positif bagaimana teknologi telah mengakibatkan munculnya masalah-masalah psikologis pada anak-anak dan remaja mereka. Mereka kemudian berupaya untuk merancang alat komunikasi (HP) yang fungsinya terbatas yaitu untuk berbicara dan penunjuk arah saja (global positioning system/GPS) dan ini kemudian diatur oleh Kementerian Telekomunikasi Jepang. Lagi-lagi kita telat, kita selalu terbuai dengan teknologi dan bingung bagaimana harus memanajemennya.
Kebutuhan teknologi yang bertanggungjawab mutlak diperlukan untuk mengimbangi melemahnya kontrol sosial dalam masyarakat. Masyarakat di zaman virtual yang penuh dengan turbulensi, kekacauan dan serbuan teknologi yang sulit dibendung sebagai dampak globalisasi, harus cerdas untuk memilih penggunaan teknologi buat mereka sendiri begitu juga buat anak-anak dan remaja kita (generasi penerus). Teknologi yang layak dipilih adalah teknologi yang tidak merugikan, membahayakan dan menyesatkan dalam praktis sosialnya. Manusia sepenuhnya tidak sadar bahwa era perbudakan teknologi sebenarnya telah muncul ketika pertama kali teknologi itu ditemukan, manusia menjadi malas kalau tidak ada alat bantu, manusia menjadi kurang kreatif karena terbiasa dengan alat bantu dan manusia mulai kehilangan instingnya sebagai makhluk sosial yang memerlukan interaksi face to face.
Teknologi telah meminggirkan peran-peran interaksi semacam ini. Penggunaan teknologi dalam konteksnya telah menebas konsep ruang dan waktu. Ruang dan waktu dalam teknologi bukan lagi mejadi permasalahan. Interaksi sosial yang terjadi lewat media membuat ikatan solidaritas sosial masyarakat menjadi melemah. Akibatnya rasa memiliki dan tanggungjawab menjadi tidak ada. Hannah Arendt mengatakan rasa tanggung jawab itu menjadi tumpul karena kegagalan manusia dalam pencapaian kedewasaan berpikir. Penggunaan teknologi pada anak-anak yang tidak diimbangi dengan kedewasaan berpikir menggiring anak-anak kita menjadi generasi yang konsumtif dan miskin pengalaman sosial. Dalam peradaban teknologi seperti inilah justru bermunculan skandal dalam pemikiran manusia.
Penyelesaian masalah teknologi dan anak-anak tidak dapat diselesaikan dengan hanya mengandalkan daya rasional saja. Rasionalitas teknologi sangat terbatas, keengganan memahami teknologi lebih dari sekedar alat/piranti yang memberikan kemudahan dan kenyamanan membuat manusia semakin hari bersikap tidak masuk akal (Winner, 2004). Virus tekonologi telah mengakibatkan manusia dewasa mengalami techological somnambulism. Kita merasa sudah mampu untuk menguasai teknologi untuk kehidupan yang nyaman dan memanusiakan manusia, akan tetapi kita sebenarnya telah nglindur dalam menerjemahkan teknologi ini. Dan kesalahan menerjemahkan teknolog itu kini telah kita wariskan pada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) yang masih belum sadar akan bagaimana teknologi itu akan menggiring mereka antara jurang kehidupan.

Genosida di Indonesia?

“Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain”


Tulisan ini terinspirasi ketika penulis membaca kembali buku-buku Mas Pramoedya, Jalan Raya Pos, Jalan Raya Daendels, yang diterbitkan kembali oleh penerbit Lentera Dipantera. Membaca kembali karya-karya Mas Pram yang sudah lama ternyata masih sangat relevan dalam situasi saat ini. Apalagi ini menjelang Pilpres…nuansa sebagai bangsa terjajah sangat kental terasa, dan benar kata Mas Pram, inilah negeri budak, budak di antara  dan bagi bangsa-banga lain. Ternyata memang kenyataannya, penjajalahn selama hampir tiga abad tersebut belum memberikan pelajaran yang berharga bagi bangsa ini untuk lebih menaikkan status sosialnya di mata bangsa-bangsa dan negara-negara lain. Membayangkan ketika menelusuri Jalan Raya di Pulau Jawa yang lebih dikenal dengan sebutan Jalan Daendels, terbayang sebuah penderitaan yang mengerikan pernah dialami bangsa ini. Sebuah Genosida! Begitu Mas Pram, memberikan sebuah penggambaran. Dan dalam sejarahnya bangsa ini, genosida itu ternyata tidak hanya pada waktu pembangunan jalan tersebut (yang sekarang sangat dinikmati oleh anak bangsa ini) telah memakan sebanyak 12.000 jiwa dalam pembangunannya. Pembangunan dari Anyer sampai Penarukan yang berjarak 1000 Kilometer, merup[akan satu dari sekian kisah tragedi terbesar dalam sejarah yang terjadi di tanah Hindia. Mas Pram, mengatakan kita bangsa kaya, tapi lemah.
Marilah kita tengok sedikit dalam buku tersebut, dimana saja terjadi Genosida di Indonesia. Mas Pram mencatat, bahwa pembunuhan pertama kali terjadi di Bandanaira (Pulau Banda), 1621, dilakukan Belanda, pada zaman Jan Pietersz Coen. Jumlah Korban tidak pernah disebutkan dengan pasti, dalam kesaksian itu, hampir semua penduduk dikatakan meninggal dan sebagian kecil memilih untuk melarikan diri dari kerja paksa tersebut. Akibatnya Belanda, harus mendatangkan Budak-budak dari daerah dan negara lain. Sungguh bisa dibayangkan, genosida yang terjadi tidak hanya berupa pelenyapan suku dan ras, akan tetapi telah terjadi pelenyapan budaya masyarakat Banda. Genosida yang terjadi dalam sejarah perjalanan anak bangsa ke-2 terjadi setelah Perang Jawa, periode 1825-1830, dengan arsiteknya Jenderal Van den Bosch, berupa kerja tanam paksa atau istilah kerennya cultursteelsel! tidak diketahui jumlah pastinya. Jepang dengan tragedi Kalimantan Baratnya, berapa jumlahnya? tidak tahu pasti! Genosida lainnya, Masih ingat tragedi yang digambarkan paling kejam dalam buku pelajaran sejarah (zaman saya dulu ada Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa/PSPB) yaitu zamannya Westerling di Sulewesi Selatan, menurut mantan Diplomat RI, Manai Sophian (ini bapaknya almarhum Sophan Sophian), tercatat 40.ooo orang meninggal, tapi Belanda mengklaim hanya 5000 orang yang meninggal. Lagi-lagi dengan jumlah angka yang tidak pasti. Selanjutnya yang paling parah terjadi justru Genosida yang terjadi atara anak bangsa. Tgadei 65, samnpai saat ini berapa jumlah korbanya juga belum diketahui pasti, ada yang menyebut angka 500.000, 1.000.000 dan bahkan 2.000.000-2.550.000. Jika ini benar maka ini merupakan pembantain yang paling besar dalam sejarah umat manusia. Pembataian ini lebih tinggi dari apa yang dilakukan oleh rezim Khmer Merah di Kamboja pada tahun 1970-an dan banyak intelektual terbunuh. Begitu juga pada tragedi 65, banyak sekali intelektual yang terbunuh. Jumlah pasrtinya? sampai saat ini pun tidak jelas. Sungguh bangsa yang gampang melupakan sejarah bangsanya sendiri.
Marilah sedikit menegok makna genosida yang kelihatannya angker, dan apakah tepat untuk tulisan ini. Dari Wikipedia (www.id.wikipedia.org), penulis menemukan istilah Genosida (genosid), yaitu sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia, Raphael Lemkin pada tahun 1944 dalam bukunya Axis Rule in Occupied Europe yang diterbitkan di USA. Kata ini diambil dari Bahasa Yunani γένος genos (‘ras’, ‘bangsa’ atau ‘rakyat’) dan bahasa Latin caedere (‘pembunuhan’). Dalam sejarahnya tercatat belasan genosida terjadi di dunia, ini, mulai dari pembantaian bangsa Kanaan oleh bangsa Yahudi pada milenium pertama sebelum Masehi, pembantaian bangsa Helvetia oleh Julius Caesar pada abad ke-1 sebelum masehi, pembantaian suku bangsa Keltik oleh bangsa Anglo-Saxon di Britania dan Irlandia sejak abad ke-7, pembantaian bangsa-bangsa Indian di benua Amerika oleh para penjajah Eropa semenjak tahun 1492, pembantaian bangsa Aborijin Australia oleh Britania Raya semenjak tahun 1788, pembantaian Bangsa Armenia oleh beberapa kelompok Turki pada akhir  Perang Dunia I, pembantaian Orang Yahudi, orang Gipsi (Sinti dan Roma) dan suku bangsa Slavia oleh kaum Nazi (dibawah Hittler) Jerman pada Perang Dunia II, pembantaian suku bangsa Jerman di Eropa Timur pada akhir Perang Dunia II oleh suku-suku bangsa Ceko, Polandia dan Uni Soviet di sebelah timur garis Perbatasan Oder-Neisse, pembantaian lebih dari dua juta jiwa rakyat oleh rezim Khmer Merah pada akhir tahun 1970-an, pembantaian bangsa Kurdi oleh rezim Saddam Hussien Irak pada tahun 1980-an, Efraín Rios Montt, diktator Guatemala dari 1982 sampai 1983 telah membunuh 75.000 Indian Maya, pembantaian suku Hutu dan Tutsi di Rwanda (yang secara menarik digambarkan dalam Film “Hotel Rwanda”, yang diarahkan oleh Terry George dan diproduksi tahun 2004, berdasarkan sudut pandang seorang petugas di hotel, Paul Rusesbagina yang menyaksikan genosida tersebut) pada tahun 1994 oleh terutama kaum Hutu, pembantaian suku bangsa Bosnia dan Kroasia di Yugoslavia oleh Serbia antara 1991-1996, pembantaian Srebrenica, kasus pertama di Eropa yang dinyatakan genosida oleh suatu suatu keputusan hukum, dan pembantaian kaum berkulit hitam di Darfur oleh milisi Janjaweed di Sudan pada tahun 2004. Menarik, kenapa tragedi genosida yang terjadi di Indonesia dari masa kolonial sampai kontemporer tidak pernah disebutkan?
Hanya karena jumlah korban yang gak jelas dan ketidakseriusan pemerintah mengungkapkan fakta kah yang menjadi kendala utamanya? Memang benar, bahwa jumlah korban dalam peroistiwa “genosida” yang terjadi di Indonesia, pembantaian 65, yaitu eksponen partai komunis Indonesia, yang dilakukan oleh bangsa sendiri sampai saat ini belum menunjukkan angka yang pasti. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember). Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis – perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juga orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu juta orang lebih menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu. Studi yang dilakukan oleh Geoffrey Robinson, yang ditulisnya dalam sebuah buku Sisi Gelap Pulau Dewata, Sejarah Kekerasan Politik (Yogyakarta: LKiS, 2006) dan Robert Cribb (ed) dalam bukunya The Indonesian Killings, Pembantaian PKI di Jawa dan Bali 1965-1966 (Yogyakarta: Mata Bangsa dan Syarikat Indonesia 2003) tidak bisa memberikan data pasti berapa jumlah korbannya.